Produksi Bawang Merah Petani Muda di Solok, Raup Untung

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Harga bawang sekarang itu Rp20.000 per kilogram. Harga itu terbilang cukup bagus, dan saya pun jadi bersemangat untuk menjadi petani bawang merah,” ujarnya.

Asra menceritakan bahwa dirinya dulu sempat putus asa dalam mencari kerja, bahkan menjadi jurnalis pun telah dilaluinya. Nyatanya profesi itu pun tak lama dilalui, dan dia memilih untuk kembali ke kampung halaman melihat peluang perkebunan bawang merah.

Kini dia bersama sang suami menjalani hari-hari menjadi petani di Alahan Panjang Solok. Baginya dalam situasi Covid-19 ini memiliki usaha  bertani adalah cara yang tepat untuk bertahan hidup.

“Kalau dipikir-pikir jika masih mondar mandir ke Kota Padang dalam kondisi pandemi ini, akan sulit mendapatkan pekerjaan. Nah sekarang ini jadi petani, dan hal ini sangat menyenangkan, untung dapat, sehat pun dapat,” ungkap Asra.

Menjalani hari-hari sebagai petani bawang merah yang tergolong masih muda, Asra pun menyampaikan sejatinya ada cara untuk bisa jadi orang sukses. Karena tidak harus memakai jas dan berdasi sebagai ukuran orang sukses. Jadi petani pun bisa menjadi orang sukses.

“Penghasilan seorang petani itu menggiurkan, puluhan juta bisa dikantongi. Pikiran jauh dari tekanan kerja, dan tidak ada batasan mau libur kapan. Karena kita bekerja untuk kebutuhan diri sendiri, bukan untuk sebuah perusahaan,” tegas Asra.

Sementara itu secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Admaizon, menambahkan, di daerah tersebut saat ini menjelma menjadi kawasan produksi bawang merah yang terbesar di Sumatera dengan luas panen dalam setahun kurang lebih 7.300 hektare.

Seperti halnya di Kecamatan Lembah Gumanti mencapai 4.600 hektare dan kecamatan sentra lain juga sangat prospektif yaitu Lembang Jaya 860 hektare, Danau Kembar 567 hektare, Pantai Cermin 479 hektare serta melebar ke kecamatan lain serta sekitarnya.

Lihat juga...