Meski Untung Tipis, Pedagang di Semarang Ini Setia Jualan Kapal Otok-otok

Editor: Koko Triarko

“Ya keuntungannya tipis-tipis, saya beli dari perajin secara borongan, kalau dihitung ya kira-kira per buahnya Rp5 ribu,” tambahnya.

Dalam sehari, mainan kapal yang terjual tidak bisa dipastikan, namun paling banyak saat hari Sabtu-Minggu, saat jumlah pengunjung Semarang Zoo juga meningkat. Rata-rata per hari di bawah angka 10 buah, namun ketika akhir pekan bisa 20-30 buah.

“Setiap pengunjung Semarang Zoo kalau mau keluar pasti melewati area pasar, memang sudah diatur seperti itu, jadi mereka bisa lihat-lihat sovenir, atau barang-barang yang dijual pedagang. Termasuk dagangan saya ini,” lanjutnya.

Dijelaskan, untuk memainkan kapal otok-otok tersebut cukup mudah. Di dalam bagian lambung kapal terdapat wadah untuk menaruh sumbu yang terbuat dari kapas. Kapas ini kemudian dibasahi dengan minyak goreng, lalu disulut api.

Sumbu yang sudah tersulut tersebut, kemudian dimasukkan kembali ke lambung kapal, sehingga memanaskan air yang ada di dalamnya. Menggunakan prinsip tekanan uap, perbedaan suhu akibat pemanasan pada pipa kapal yang terdapat didalam lambung menyebabkan air keluar masuk dari knalpot kapal, yang berfungsi sebagai pendorong mainan tersebut.

Sedangkan area permainan cukup menggunakan ember atau bak air. Kapal akan berjalan mengelilingi pinggiran wadah, hingga api padam. “Kalau padam, tinggal diberi minyak goreng lagi, lalu disulut. Begitu seterusnya,” jelas Amin.

Sementara, seorang pembeli, Budiyono, mengaku permainan kapal otok-otok tersebut mengingatkan akan permainan masa kecilnya.

“Kebetulan pas lewat kok ada yang jual. Ini saya beli buat anak saya, nanti saya ajarkan di rumah cara mainnya. Sudah lama saya tidak pernah mainan kapal ini,” terangnya.

Lihat juga...