Tung Piong, Memberi Makan Penjaga Mata Air di Nita
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
MAUMERE — Masyarakat adat di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selalu mengadakan ritual adat di mata air untuk memberi makan atau memberi sesajen kepada arwah dan para penjaga mata air.

Dengan membuat adat maka diharapkan agar debit mata air tetap terjaga dan meminta kepada arwah dan para penjaga mata air agar selalu melindungi mata air ini yang sudah memberi penghidupan kepada masyarakat.
“Kami selalu memberi makan kepada arwah leluhur dan penjaga mata air ini agar mata air ini tetap ada dan airnya melimpah,” sebut Tanah Puan atau tuan tanah mata air Wair Puan, iFidelis Wuri saat berbincang bersama Cendana News, di Desa Ladogahar, Kecamatan Nita,Kabupaten Sikka, NTT, Minggu (11/10/2020).
Fidelis menyebutkan, dalam menggelar ritual adat Tung Piong atau memberi sesajen tersebut biasanya disediakan sirih, pinang, kapur sirih dan rokok. Selain itu disediakan juga nasi, daging dan arak atau Moke.
Ia katakan, Wair Puan merupakan mata air utama yang disebut disebut juga Wair Matan (mata air). Menurutnya terdapat 3 mata air di Wair Matan yakni Wair Moret ( Air Hidup), Bala Wair dan Tene Ulu. Mata air Tene Ulu yang paling besar.
“Dulu masih banyak pepohonan besar di mata air Wair Puan tetapi banyak yang sudah tumbang. Dahulu masyarakat di Desa Ladogahar menetap di dekat mata air ini dan bercocok tanam,” ungkapnya.
Fidelis mengakui, dahulu air melimpah, sehingga areal persawahan tidak kekurangan air. Disebutkannya, pipa-pipa berukuran besar dipasang sejak jaman penjajahan Jepang dan banyak yang masih bisa dipergunakan.