Rendang Dendang, Otentifikasi Rasa di Tengah Modernitas

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Bisnis yang mengalir dari mulut ke mulut ini akhirnya memberikan julukan baru pada Dewi, yaitu Mbak Dendang atau Mak Dendang.

“Biasanya pemesanan meningkat saat mendekati lebaran. Bahkan, ada pelanggan saya yang selebritis. Tapi, hingga saat ini, saya memang tidak mau di-endorse oleh siapa pun. Karena saya pengennya natural aja dan memang terkadang agak gak pede juga kalau ada yang bilang pengen promosikan,” ungkapnya.

Ia menyatakan, saat dirinya berhenti menjadi karyawan dari salah satu perusahaan media di Jakarta sejak dua tahun lalu, ia lebih banyak menambah teman dan bergabung dengan komunitas. Ia juga mulai mengurus izin edar dari produknya dan mengikuti berbagai jenis pelatihan terkait keamanan pangan.

“Ya pasang juga sih di iklan. Tapi ya gak besar-besaran lah. Paling hanya pasang di Instagram dan ada juga memasukan lewat beberapa e-commerce. Ini hanya untuk memudahkan pesanan saja,” imbuhnya.

Saat ini, Dewi menyampaikan produknya sedang dipersiapkan untuk masuk ke market yang lebih luas, yaitu masuk ke beberapa negara tetangga. Salah satunya Malaysia.

“Memang dibutuhkan kemasan dan tampilan yang lebih bagus dan memenuhi persyaratan untuk market khusus tersebut. Misalnya, komposisinya sudah terlampir dalam dua bahasa. Kalau masalah pengawet, gak perlu takut, karena bumbunya yang banyak, menyebabkan produk Dendang gak perlu pakai pengawet dan proses memasak yang lama sudah seperti pengawet alami. Bisa sampai berbulan dalam suhu kamar. Bahkan jika sudah dibuka pun kemasannya, tetap bisa ditutup lagi dan dimasukkan ke lemari pendingin,” pungkasnya.

Lihat juga...