Peneliti Sambut Baik Rencana Pengembangan Wilayah Ruang Laut Pulau Kisar dan Letti
Editor: Koko Triarko
Dan, beberapa kajian atas potensi berbasis historical terlihat adanya tsunami berskala sekitar 2-3,5 meter, yang untuk pulau kecil skala ini menjadi ancaman serius, yang harus dipertimbangkan dalam membangun jalur evakuasi dan peringatan dini.
“Untungnya, tipikal pulau di Laut Banda ini memiliki dataran tinggi yang lokasinya tidak jauh dari pinggir pantai. Sehingga akan membantu proses sosialisasi dan pembangunan lokasi evakuasi,” ucapnya.
Pembangunan peringatan dini juga menjadi hal yang penting, lanjutnya, selain dari edukasi kepada masyarakat untuk mewaspadai gejala tsunami.
“Poin pentingnya adalah bukan keras atau lemahnya gempa, tapi lamanya gempa terjadi. Jika lebih dari 20 detik, maka sudah saatnya untuk evakuasi ke area yang tinggi, yang menurut data lokasinya tidak jauh dari pinggir pantai,” ujarnya tegas.
Berdasarkan berbagai sumber daya dan keberadaan morfologis Pulau Kisar dan Pulau Letti, Ahli Ekologi Pesisir Institut Pertanian Bogor Prof. dr. Ir. Dietrich G Bengen, DEA., menyatakan pengembangan pulau-pulau tersebut harus disatukan rencana rancang bangun darat dan lautannya.
“Perencanaannya tidak boleh dipisahkan antara daratan dan lautan. Artinya, rancang bangunnya harus holistik, harus mempertimbangkan ekosistem dan kearifan lokal masyarakat, yang memang merupakan garda terdepan dalam pengembangan wilayah kelautan berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan melakukan perencanaan yang tepat, potensi sumber daya alam, baik air maupun ikan di pulau-pulau tersebut akan bisa terjaga.
“Contohnya, potensi ikannya. Dengan melihat jenis ekosistemnya, yang perlu dijaga adalah ekosistemnya. Karena tanpa terumbu karang, maka tanpa ditangkap pun ikannya akan hilang jika ekosistemnya rusak. Jadi, yang penting itu adalah menjaga ekosistemnya, maka ikan akan tersedia,” ujarnya.