PBB Desak Perbankan Berhenti Dukung Proyek Bahan Bakar Fosil
LONDON – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, mendesak bank-bank pembangunan untuk berhenti mendukung proyek bahan bakar fosil, setelah sebuah laporan menemukan Bank Dunia telah menginvestasikan 12 miliar dolas AS (Rp176 triliun) di sektor tersebut sejak Perjanjian Paris 2015, untuk memerangi perubahan iklim.
Para juru kampanye lingkungan selama bertahun-tahun mencoba untuk mencegah industri minyak, batu bara dan gas alam menghasilkan gas rumah kaca pada tingkat yang berbahaya, yang menyebabkan perubahan iklim dengan membujuk bank-bank komersial untuk berhenti meminjamkan uang kepada mereka.
Tetapi, bank-bank pembangunan yang didukung negara di dunia, yang dukungannya seringkali sangat penting dalam menentukan proyek di negara berkembang dapat dilanjutkan, juga menghadapi seruan yang meningkat untuk membuat industri keuangan kelaparan.
Guterres mendesak koalisi menteri keuangan dan pembuat kebijakan ekonomi dari puluhan negara, untuk memastikan bank pembangunan mengakhiri investasi bahan bakar fosil dan meningkatkan energi terbarukan.
“Kami membutuhkan kecepatan, skala, dan kepemimpinan yang tegas,” kata Guterres dalam pesan video ke pertemuan virtual grup.
Sebelumnya, pada Senin, sebuah laporan oleh kelompok lingkungan yang berbasis di Berlin, Urgewald, mengatakan Bank Dunia telah menginvestasikan lebih dari 12 miliar dolar AS dalam bahan bakar fosil sejak kesepakatan Paris, 10,5 miliar dolar AS, di antaranya adalah pembiayaan langsung untuk proyek-proyek baru.
Hal itu menempatkan Bank Dunia jauh di depan bank pembangunan lainnya dalam mendukung sektor ini, kata Heike Mainhardt, penasihat senior Urgewald, yang menulis laporan itu.