Aviliani: UKM Jangan Anggap Resesi Itu Menakutkan

Editor: Koko Triarko

Pengamat ekonomi, Aviliani, pada diskusi webinar 'Membangun Rumah Ekonomi', di Jakarta, Rabu (14/10/2020). -Foto: Sri Sugiarti

“Ide untuk majukan usaha itu harus muncul terus. Jangan kalau sudah kepepet baru punya ide. Itu nggak boleh,” tukasnya.

Apalagi di zaman teknologi ini, menurutnya sangatlah serba mudah bagi pelaku UKM memasarkan produknya dengan marketplace digitalisasi.

Dengan adanya marketplace, mudah untuk jualan produk. Namun memang, kata dia, problemnya banyak UKM yang tidak bisa masuk ke marketplace, karena ternyata kualitas produknya tidak memenuhi standar.

Terpenting lagi, tambah dia, adalah kolaborasi atau berekosistem dalam memajukan usaha di masa pandemi ini. Karena persaingan makin ketat dan kalau berjalan sendiri memakan biaya besar.

“Pemerintah memberikan intensif kalau ada UKM yang berkolaborasi dengan perusahaan. Jadi, mereka bisa naik kelas karena punya akses pasar,” imbuh Aviliani, ekonom senior Institut for Development of Economics and Finance (INDEF).

Aviliani menilai, pemerintah lebih banyak arah kebijakan ke supply size. Contohnya, hanya memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Padahal, seharusnya akses pasar pelaku UKM harus diperbesar.

“Jadi, mungkin harus diubah intensif UKM berbasis demand size. Jadi, orang nanti berlomba-lomba membeli produknya,” ujarnya.

Karena, menurutnya, UKM Indonesia itu mempunyai pasar yang sangat luas sekali. Namun, setiap produk itu harus mempunyai ciri khas.

“Kalau nggak punya ciri khas, akhirnya orang beli di mana saja cari yang murah. Tapi kalau punya ciri khas, harga berapa pun orang bisa loyal,” pungkasnya.

Lihat juga...