Ahli: Surutnya Air Laut di Pantai Jepara karena Sedimentasi
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Surutnya air laut di Pantai Jepara yang sempat dihebohkan oleh para netizen yang menganggapnya sebagai sebagai pertanda tsunami, ditepis oleh para ahli.
Ahli Oseanografi Terapan, Widodo S Pranowo, menyatakan berdasarkan analisa terhadap the best available data, kondisi tersebut bukanlah indikasi bakal terjadinya tsunami di Jepara.
“Pertama, kita lihat dulu secara umum syarat terjadinya pembangkitan tsunami yang berasal dari gempa tektonik adalah terdapat zona subduksi, atau penunjaman lempeng atau patahan aktif, dan pada zona tersebut terdapat gempa berkekuatan antara Mw (Moment Magnitude) 6,9 hingga 9,0 dengan posisi pusat gempa berada di wilayah laut yang terletak di kedalaman kurang dari 33 km di bawah permukaan dasar laut, menuju ke perut bumi,” kata Widodo, saat dihubungi Cendana News, Kamis (2/10/2020).
Jadi, lanjutnya, dengan menggabungkan persyaratan di atas dengan kondisi geografis wilayah Jepara di sekeliling Pulau Mandalika, maka tidak akan mungkin ada penyebab tsunami.

“Gempa-gempa yang berpotensi menyebabkan tsunami berada di selatan Jawa, yang ditunjukkan dengan Bulatan Jingga Mw 7,6, Mw 7,7 dan Mw 7,8 di zona subduksi di selatan Jawa, dan Mw 7,0 di zona Patahan Palu-Koro di Sulawesi, dan lokasi-lokasi pusat gempa tersebut terlalu jauh dari Jepara,” kata Widodo, seraya menunjukkan gambar zona subduksi Selatan Jawa.
Widodo menyatakan, penjelasan yang lebih logis terkait fenomena di Pantai Jepara adalah gaya tarik bulan dan sedimentasi di sepanjang pesisir utara Jawa, yang tidak disadari oleh masyarakat.