Selama Pandemi, Permintaan Gula Aren Lebak Meningkat
LEBAK – Permintaan gula aren Kabupaten Lebak, Banten, saat pandemi COVID-19 cenderung mengalami peningkatan. Para pedaganya sampai tidak mampu memenuhi permintaan.
“Kami tidak mampu memenuhi permintaan pasar, karena sulitnya gula aren didapati,” kata Fahri (60), seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Senin (21/9/2020).
Gula aren tersebut kebanyakan dijadikan bahan campuran minuman jahe, gula semut juga kerajinan aneka makanan kuliner. Masyarakat saat ini mempercayai, campuran gula aren bisa memperkuat ketahanan tubuh sehingga dapat mencegah penularan corona.
Tingginya permintaan itu, membuat harga gula aren saat ini melonjak, dari sebelumnya satu kojor berisi lima gula aren dihargai Rp25 ribu. Saat ini harganya mencapai Rp75 ribu. “Kami kebingungan meningkatnya permintaan, tetapi barang terjadi kelangkaan,” katanya menjelaskan.
Andi (35), seorang pedagang warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak menyebut, dirinya kini tidak bisa memenuhi permintaan dari luar daerah karena stok gula aren yang ada sudah menipis. Selama ini, permintaan pasar relatif tinggi, terutama setelah pandemi COVID-19 melanda.
Kualitas gula aren di Kabupaten Lebak cukup terkenal, karena produk perkebunan organik dengan tumbuh di pegunungan dan dataran tinggi. Selain itu juga rasanya sangat manis, beraroma harum, dan bertahan lama tanpa bahan pengawet. Produk kerajinan gula aren berkembang di Kecamatan Sobang, Muncang, Cigemblong, Cijaku, Cilograng dan Cibeber. “Kami sebulan ini permintaan pasar hingga lima ton, namun terealisasi hanya satu ton akibat kesulitan barang dari perajin,” katanya menjelaskan.