Peran BIN dalam Melindungi Geostrategis Nasional
OLEH HASANUDDIN
BEBERAPA hari ini, beredar video mengenai dihadirkannya satuan khusus Pasukan Elit Rajawali bentukan BIN. Kami menyebut hal itu sebagai fenomena “perubahan konsepsional dari Badan Intelijen Negara”, yang tentu latar belakangnya hanya diketahui oleh pihak BIN, sehingga kami tidak pada tempatnya membahas hal tersebut.
Sekalipun misalnya telah muncul sejumlah pandangan atas fenomena tersebut, misalnya yang disampaikan oleh Mantan Wakil KSAD Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprodjo. Menurutnya, BIN tidak boleh memiliki pasukan karena tugas BIN hanya mengumpulkan informasi dan bukan pada level penindakan.
“BIN tak boleh punya pasukan. BIN adalah badan intelijen dan tak pernah punya pasukan,” sebut mantan Wakil KSAD Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprodjo dalam pernyataan kepada wartawan, Jumat (11/9/2020) lalu.
Terlepas dari apa yang disampaikan oleh tokoh, sesepuh TNI tersebut, kami ingin lebih fokus melihat dari sisi bagaimana peran BIN sebagai supporting utama bagi Presiden baik sebagai Kepala Negara maupun Kepala Pemerintahan dalam memperoleh informasi yang tepat, cepat dan akurat atas berbagai hal terkait segala aspek geo-strategis nasional dewasa ini dan di masa mendatang.
Yuval Noah Harari, dalam salah satu bukunya menyebut pentingnya penguasaan atas data, bagi siapa pun yang ingin memandu jalannya perubahan-perubahan besar dalam peradaban homo sapiens. Menurut Harari, revolusi kognitif manusia di masa depan, akselerasinya sangat di tentukan oleh kecepatan homo sapiens dalam melakukan akumulasi data. Kemampuan akumulasi data, dengan sendirinya merupakan keunggulan dalam akumulasi kapital. Dan siapa yang mengendalikan kapital, menurut Marxis itulah yang akan mengendalikan ekonomi. Sebab itu tidak ada jalan lain, bagi siapa pun yang ingin menang dalam berkompetisi di era ekonomi global, selain menguasai data.