Pastor Tripomo: Wartakan Kabar Baik di Tengah Krisis Iman dan Identitas

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Pada masa krisis pandemi Covid-19 saat sejumlah kegiatan gereja dibatasi, krisis iman berpotensi terjadi. Terlena dengan masa masa berkumpul dalam komunitas kring, paroki yang dibatasi membuat iman bisa terdegradasi. Degradasi iman terjadi dimulai dengan malas berdoa,membaca kitab suci dalam keluarga. Kemerosotan iman bisa dicegah dengan kembali bertekun dalam doa dan mendalami kitab suci.

“Krisis yang terjadi tidak hanya kesehatan, ekonomi, moral namun iman dan juga krisis identitas sebagai umat Katolik,” cetusnya.

Sebagai upaya menjaga kualitas iman dan identitas, kemudahan teknologi bisa dimanfaatkan. Materi HKSN dengan acuan mewartakan kabar gembira dalam krisis iman dan identitas dimaknai umat Katolik dalam suasana krisis pandemi Covid-19. Sejumlah materi yang bisa dibaca secara online dan offline menurutnya menggantikan pertemuan langsung yang kerap dilakukan.

Imbauan gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 untuk menghentikan kegiatan berkumpul jadi momentum untuk memperdalam kitab suci. Sebab semenjak salah satu warga desa Taman Baru, Kecamatan Penengahan dinyatakan reaktif Covid-19, kegiatan keagamaan sementara dihentikan. Renungan HKSN dilakukan pada setiap keluarga tanpa melibatkan kelompok besar.

“Ibadah Ekaristi di gereja sementara dihentikan lagi hingga batas waktu yang belum ditentukan, namun umat bisa mengikuti misa secara live streaming,” bebernya.

Erik Maximiliamus Klimin, salah satu tokoh gereja Santo Petrus dan Paulus,Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan menyebut BKSN tetap digelar. Kegiatan BKSN yang umumnya dilakukan setiap kelompok lingkungan,paroki hanya dilakukan pada lingkup keluarga. Krisis pandemi Covid-19 yang belum selesai berimbas kegiatan gereja kembali dihentikan.

Lihat juga...