Makna Khalifah dalam Surah Al-Fatihah

OLEH HASANUDDIN

Surah Al-Fatihah ini disebut juga “Ibu/Induk Al-Quran (Umm Al-Qur’an), karena Ibu adalah tempat pemberian eksistensi (al-ijad). Objek penjadian (al-mawjud = anak) yang ada di dalam induk itu adalah Al-Quran, dan  yang menjadikan (al-mujid = ayah) adalah subjek/pelaku yang melakukan aktivitas-Nya di dalam induk tersebut. Adapun “induk penghimpun universal” adalah Induk Kitab yang ada di sisi Allah swt dalam firman-Nya, “Dan di sisi-Nya terdapat Induk Kitab (umm al-kitab).” (QS. 13:39).

Demikian halnya dengan ruh, ia berpasangan dengan jiwa universal melalui perantara akal pertama. Jiwa menjadi tempat pemberian eksistensi secara indrawi, (maka ia adalah “ibu”). Ruh hanya bisa mendatangi jiwa melalui nafas, maka nafas adalah “ayah”. Dengan demikian jiwa universal menjadi kitab yang tertulis, al-Kitab Al-marqum (QS. 83:9) karena adanya tulisan.

Kemudian muncullah dalam diri “si anak” apa-apa yang dituliskan oleh Pena Tertinggi pada “sang ibu”, dan “anak” itu adalah Al-Quran yang keluar dan muncul di Alam Tampak (syahadah).

Sekarang perhatikanlah dengan saksama di mana Nabi Isa yang adalah Ruhullah dan Siti Maryam, serta objek yang menjadikan, niscaya akan kau temukan bahwa tidaklah seperti yang terlihat. Yang menjadi  ‘ibu’ (Umm Al-Kitab) adalah Nabi Isa (Ruhullah) dan sebagai anak adalah Siti Maryam, yang merupakan  kitab yang di sisi-Nya atau Al-Quran. Demikian Allah memberikan perumpamaan atau misl-Nya.

Selain itu, “ibu” juga menjadi ibarat untuk wujud “al-misl” yang menjadi tempat bagi rahasia-rahasia. Al-misl adalah “lembaran yang terjaga”(ar-raqq al-mansyur), (QS. 52: 3), di dalamnya terkandung kitab “yang tertulis” (al-Kitab al mastur), yang padanya tersimpan rahasia-rahasia Ilahi.

Lihat juga...