Dua Srikandi Muda Operasikan Reaktor Nuklir

Editor: Makmun Hidayat

Wanita lainnya yang tak kalah menarik adalah Yasoka Dewi yang bekerja sebagai Pranata Nuklir Bidang Pemeliharaan Reaktor Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sejak tahun 2018.

“Sebelum di BATAN, saya bekerja di penambangan emas dan perusahaan petrokimia yang menghasilkan super absorbent, juga sebagai operator yang bekerja dalam shift,” kata Yasoka.

Ia menyatakan walaupun dirinya mengidap Akrophobia tapi ia tidak ragu untuk bekerja di reaktor nuklir. Karena, ia mempercayai bahwa wanita itu harus tangguh dan mampu bertahan dengan segala kondisi di lapangan.

“Kalau bekerja, kita harus memahami faktor bahaya dari pekerjaan kita, sehingga kita mampu menjaga diri dari potensi bahaya yang ada. Bahaya pekerjaan sebenarnya ada di setiap pekerjaan,” ucapnya.

Yasoka menyampaikan sebagai tim perawatan, mereka harus memastikan sistem mekanik dan kimia air, sistem elektrik reaktor serta sistem instrumentasi dan kendali reaktor berfungsi baik.

“Jadi, kami bertanggung jawab untuk perawatan, perbaikan dan audit ketiga sistem tersebut,” ungkapnya.

Ia menceritakan komposisi pekerja wanita yang bekerja di reaktor GA Siwabessy hanya 12 persen yang 56 persen diantaranya merupakan generasi X yaitu yang lahir dalam rentang waktu 1961-1980, 9 persen dari generasi Y yaitu yang bekerja dari tahun 1981-1994 dan 35 persen adalah dari generasi Z, yang lahir dalam rentang 1995-2010.

“Banyak yang mempertanyakan mengapa saya mau jadi ASN di BATAN padahal saya sudah memiliki penghasilan dua digit di sektor swasta. Itu karena saya ingin ambil bagian dalam perkembangan energi Indonesia. Dan saat BATAN membuka formasi, ya akhirnya saya bergabung menjadi bagian dari upaya pengembangan energi bersih dan menjadi bagian dari Go PLTN,” pungkasnya.

Lihat juga...