Teknologi Akselerator Diperlukan Antisipasi Masalah Kesehatan

Editor: Koko Triarko

JAKARTA – Pengembangan teknologi akselerator sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi tingginya tingkat permasalahan kesehatan di Indonesia. Adanya 4 akselerator siklotron dan 30 siklotron berukuran kecil di seluruh Indonesia, sangat tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan terapi kanker.

Peneliti Utama Badan Tenaga Juklir Nasional (BATAN), Djarot S Wisnubroto, menjelaskan, bahwa akselerator merupakan suatu instalasi yang mampu menciptakan ion maupun radioisotop tanpa menggunakan bahan radioaktif, tapi tetap memancarkan radiasi radioaktif.

“Jadi, sederhananya tak perlu punya reaktor nuklir untuk membuat radioisotop radiofar, maka seperti yang saat ini dilakukan Reaktor Serba Guna Serpong,” kata Djarot saat dihubungi, Rabu (2/9/2020).

Peneliti Utama Badan Tenaga Juklir Nasional (BATAN), Djarot S Wisnubroto, saat dihubungi, Rabu (2/9/2020). –Foto: Ranny Supusepa

Namun, ia mengakui akselerator ini membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk membangunnya. “Bisa jadi hampir setara dengan pembuatan reaktor. Tapi tetap, idealnya, kalau bisa, dibangun banyak akselerator di Indonesia. Selain untuk membuat harganya menjadi lebih murah, tentunya juga untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia,” ucapnya.

Akselerator, menurut Djarot, menggunakan partikel seperti proton atau elektron dan akan tetap di bawah pengawasan Bapeten dalam pengoperasiannya.

“Kan sama seperti X-ray saja. Tetap diawasi Bapeten karena dalam pengoperasiannya menghasilkan radiasi,” tandasnya.

Peneliti Akselerator Sains Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) BATAN Yogyakarta, DR. Taufik, menyatakan pemanfaatan partikel berenergi dapat bermanfaat, baik di bidang industri, kesehatan, energi maupun agrikultur.

Lihat juga...