Bermula dari Hobi Kelestarian Perkutut Lokal ikut Terjaga

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Lukman, pecinta perkutut lokal asal Penengahan menyebut kerap ikut kompetisi. Kompetisi yang dilakukan dengan proses gantangan atau menggantung sangkar berisi burung. Penilaian kicauan yang durasi terlama, nyaring akan menentukan kemenangan. Hobi memelihara burung perkutut menurutnya tetap diiringi dengan upaya penangkaran.

Lukman (kanan) pehobi perkutut lokal menaikkan burung miliknya untuk berkompetisi adu suara dengan perkutut milik pehobi lainnya, Minggu (6/9/2020) – Foto: Henk Widi

“Sistem penetasan memakai alat mulai dilakukan sebagai pengganti penetasan alami namun piyik atau anakan perkutut bisa tumbuh dengan baik,” cetusnya.

Hobi memelihara burung perkutut dan jenis burung kicau lainnya membawa berkah bagi Sumino. Tren memelihara burung kicau membuat permintaan pakan buatan yang dikombinasikan dengan biji-bijian meningkat. Jenis pakan yang disiapkan berupa pur, kroto, biji sorgum, ketan hitam dan putih. Ketersediaan pakan ikut membantu para penangkar burung kicau.

“Pehobi burung love bird, perkutut, merpati balap hingga kacer mulai menggunakan pakan kombinasi,” cetusnya.

Penggunaan pakan yang dijual kemasan membuat burung kicau memiliki asupan pakan yang lancar. Sebagian penangkar kerap membeli pakan kemasan dan curah. Harga pakan dijual mulai Rp5.000 per kilogram hingga Rp30.000 per kemasan.

Tren memelihara burung kicau diiringi dengan munculnya kompetisi sebagian hanya untuk pehobi. Selain itu sebagian warga menekuni usaha penangkaran untuk mendapatkan bibit burung kicau tanpa harus berburu di alam.

Lihat juga...