Tak Benar Jika Soeharto Otoriter dan Diktator

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Subiakto menegaskan bahwa itu merupakan hari yang sangat bersejarah untuk dirinya. Saat itu, atas persetujuan Pak Harto, koperasi mengambil alih keseluruhan Saham PT. Goro yang merupakan perusahaan grosir besar dengan salah satu pemegang saham adalah Tommy Soeharto.

“BPPC dan Goro diambil alih sepenuhnya oleh koperasi, saya melihat beliau tidak ada masalah, dan setuju. Setelah kita dapat menjelaskan bahwa memang sudah waktunya. Secara rasional objektif, dan juga memang sesuai agenda BPPC. Paling lama hanya lima tahun, sampai koperasi menjadi kuat. Itu salah satu contoh beliau tidak otoriter, seperti kebanyakan orang bilang,” ungkapnya.

Contoh lain tidak otoriter terlihat jelas di bidang politik. Barangkali sebagian besar orang lupa atau tidak mengikuti  bahwa partai-partai harus menjadikan Pancasila sebagai azas tunggal. Pak Harto harus menunggu sampai 17 tahun. Gagasan itu lahir pada 1968 dan baru disetujui oleh Tap MPR pada 1985.

“Jadi tidak benar jika Soeharto dikatakan otoriter atau diktator. Bisa dibayangkan, beliau menunggu sampai 17 tahun melalui sosialisasi untuk dapat persetujuan. Dan itu merupakan fakta sejarah,” imbuhnya.

Soenarto Soedarno, salah satu staf kepresidenan di era kepemimpinan Soeharto menambahkan, bahwa dia tidak pernah terlihat marah-marah, istilah orang Jawa bilang empan papan, lebih banyak memberikan senyuman. Pak Harto hanya memberikan simbol ketika menegur atau memberitahu para menteri.

“Kalau orang Jawa bilang menggunakan bahasa sanepo. Dan cukup dengan gestur atau gerak tubuh beliau kita paham kalau bapak saat itu sedang marah tapi tidak dengan nada keras, justru dibarengi dengan senyuman,” ucapnya.

Lihat juga...