Satgas Unmul-IDI Berhasil Membuat Jamu Penguat Imunitas
Seluruh bahan jamu tersebut memiliki rasa yang pahit. Supaya lebih nikmat ketika diminum, Profesor Esti menambahkan penguat rasa dari kunyit dan madu. Para peneliti memutuskan madu kelulut dari Kabupaten Paser yang paling cocok. Rasa madu ini cenderung masam dan tidak terlalu manis.
Setelah seluruh bahan diolah, dicampur, dan ditambahkan penguat rasa, jadilah jamu berbentuk cairan. Para mahasiswa yang memproduksi jamu di laboratorium mengemasnya dalam botol berukuran 200 mililiter. Minuman berkhasiat itu lantas dinamai NEESFARM.
Pada awalnya, jamu dibagikan di lingkungan universitas untuk menguji rasa dan khasiatnya. Rupanya, ramuan tersebut disukai. Rektor Unmul, Profesor Masjaya, segera meminta produk ini dikembangkan.
Setelah itu, Satgas Covid Unmul bersama IDI Kaltim memproduksi jamu untuk dibagikan kepada tenaga kesehatan. Jamu yang dapat meningkatkan imunitas ini dapat menjaga fisik tenaga kesehatan yang bertugas menangani pasien COVID-19 di Kaltim.
Profesor Esti dan tim juga meminta advis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tak perlu waktu lama bagi BPOM mengizinkan jamu diproduksi sepanjang memakai bahan alami. Syarat yang lain, produk tersebut tidak diperjualbelikan.
Bahan alami Kaltim
“Seluruh bahan jamu penguat imunitas ini dipasok dari sejumlah tempat di Kaltim,” kata Profesor Esti. Untuk bahan utama seperti meniran, sambiloto, daun kelor, dan jahe, diperoleh dari tiga desa di Kutai Timur.
Ketiga desa tersebut adalah Desa Saka dan Desa Sempayau di Kecamatan Sangkulirang, serta Desa Batu Lepoq di Kecamatan Karangan. Sementara itu, pasokan madu kelulut diperoleh dari kerja sama Unmul dengan Kelompok Petani Hutan (KPH) Kendilo, Kabupaten Paser.