Presiden Soeharto (7): Serangan Umum 1 Maret 1949 Seri-1
Letkol Soeharto kemudian menuju Ngotho, tempat Pos Komando Pertama yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk memberi petunjuk pada staff agar memindahkan Posko ke sebelah timur Kali Opak di Desa Segoroyoso. Malam itu juga Letkol Soeharto bergerak ke barat, menemui dan memerintahkan Mayor Ventje Sumual untuk mengonsolidasi sektor barat.
Letkol Soeharto kemudian terus menuju ke utara menemui pasukan Militer Akademi yang dikomandani Kolonel Djatikusumo. Karena pangkatnya lebih tinggi, maka Letkol Soeharto menunjuk Kepala Staffnya, Mayor Kasno, untuk memimpin pertempuran sektor utara. Letkol Soeharto kemudian menuju ke daerah timur. Ia menunjuk Mayor Soedjono, untuk memimpin di sektor timur. Setelah konsolidasi mengitari Yogya, Letkol Soeharto kemudian kembali ke selatan.
Sesampai di sektor selatan Letkol Soeharto membuat rencana serangan umum pertama yang kemudian dilakukan tanggal 30 Desember 1948 malam hari. Pada waktu kembali dari penyerangan itu, tanggal 31 Desember 1948, Letkol Soeharto hampir terjepit Belanda di Bantul Utara, namun bisa meloloskan diri.
Letkol Soeharto kemudian memerintahkan semua sektor untuk melakukan serangan kepada Belanda di daerahnya masing-masing. Serangan gerilya dan pencegatan terus dilakukan sambil mempersiapkan serangan secara besar-besaran ke kota, atas perintah Letkol Soeharto. Tujuan serangan gerilya dan pencegatan ialah untuk memperlemah Belanda. Letkol Soeharto juga memobilisasi masyarakat untuk bahu membahu, gotong royong membantu pasukan pejuang.
Serangan umum kedua dilakukan sepuluh hari setelah serangan pertama. Serangan umum ketiga dilakukan pada pertengahan Januari 1949. Serangan kali ini dimanfaatkan Letkol Soeharto untuk membentuk Komando Sektor Kota dengan Letnan Marsudi sebagai komandannya. Adapun serangan umum keempat dilakukan pada permulaan Februari 1948. Keempat serangan umum ini dilakukan dengan strategi gerilya dan dilakukan malam hari. Diantara serangan umum ketiga dan keempat ini, putri Letkol Soeharto, Mbak Tutut, dilahirkan. Tepatnya 23 Januari 1949. Namun baru tiga bulan berikutnya, Letkol Soeharto menggendongnya, karena masih harus bergerilya melawan Belanda.