Menjelang Positif Covid-19 ke 100 Ribu

Dalam Perang tidak Boleh Mengganti Panglima

PANGLIMA Perang Amerika di Pacifik Jenderal Mc Arthur mengalami kekalahan telak dari tentara Jepang dalam pertempuran di Filipina, pada Desember 1941, hingga pasukannya  harus mundur ke Bataan dan bertahan sampai bulan Maret 1942. Karena terus digempur oleh tentara Jepang,  akhirnya Mc Arthur dan pasukannya  mundur ke Australia.

Meskipun mengalami kekalahan telak dari tentara Jepang, Mc Arthur tidak diganti atau dicopot dari jabatannya. Sudah menjadi strategi dalam militer bahwa panglima yang sedang memimpin operasi militer tidak akan diganti, karena jika diganti maka penggantinya malah akan mengalami disorientasi strategi militer di medan pertempuran itu, yang akibatnya malah fatal yakni kalah dalam pertempuran.

Begitu juga yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965, pukul 19.00, di markas Kostrad. Setelah mengetahui Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal A Yani diculik, Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat dan memberi tahu kepada Panglima Angkatan Laut Laksamana Madya Martadinata, Panglima Kepolisian Letnan Jenderal Sicipto Yudodihardjo, dan Deputi Panglima Angkata Udara Laksamana Muda Leo Watimena. Namun siang hari pimpinan Angkatan Darat diambil alih langsung di tangan Presiden Soekarno.

Di markas Kostrad pukul 19.00, Jenderal AH Nasution yang lolos dari pembunuhan bergabung di  Kostrad dan mengatakan kepada ajudan presiden Kolonel KKO Bambang Wijanarko yang waktu itu ada di Kostrad. “Kami tidak menolak order Presiden, tapi order itu belum bisa dilakukan. Jenderal Soeharto sedang memimpin operasi dan tentulah tidak bisa ia diberhentikan begitu saja. Ini adalah urusan teknis militer yang kami hadapi. Urusan politik terserah ouds heer (bapak)”, kata Jenderal AH Nasution.  (DR AH Nasution-Memenuhi Panggilan Tugas-jilid 6).

Lihat juga...