Kemarau, Usaha Pembibitan Tanaman di Lamsel Tetap Berjalan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Sistem penanaman komoditas pertanian dengan sistem tumpang sari jadi cara memaksimalkan hasil.

Sarmun, petani di Desa Banjarmasin, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) menyebut hasil panen pisang merupakan sistem tumpang sari. Ratusan tanaman pisang ditanam bersama komoditas perkebunan lain.

Pilihan komoditas perkebunan yang efektif ditanam bersama pisang meliputi kakao, cengkih, mangga, jengkol, durian dan nangka.

Berbagai jenis tanaman pertanian tersebut bisa dipanen mingguan dan tahunan. Sistem tumpang sari menurut Sarmun jadi kearifan lokal petani Lamsel selama puluhan tahun silam. Hasil maksimal jadi alasan petani mengembangkan tumpang sari.

Tanaman pisang jenis kepok, muli, ambon dan janten bisa dipanen setiap dua pekan. Setelah proses penanaman selama setahun tunas baru bisa dipencarkan untuk pengembangan secara vegetatif. Hasil panen pisang menurutnya bisa mencapai puluhan tandan. Dijual dengan sistem timbang ia bisa mendapat hasil ratusan ribu sekali panen.

“Sistem tumpang sari tetap mengandalkan proses pemberian pupuk kandang agar tanaman lebih subur, memupuk pisang sekaligus memberi kesuburan bagi tanaman lain pada satu lahan,” terang Sarmun saat ditemui Cendana News, Senin (27/7/2020).

Memasuki bulan Juli ia bisa melakukan proses pemanenan komoditas cengkih. Hasil panen cengkih yang dibeli seharga Rp50.000 per kilogram bisa menjadi investasi tahunan. Tanaman cengkih yang ditumpangsarikan dengan pisang menurutnya cukup efisien untuk kebutuhan pasokan air. Hasil dari sejumlah komoditas lain bisa diperoleh melalui sistem tumpang sari.

Komarudin, pemilik usaha pembibitan menyebut jenis tanaman yang kerap dipilih untuk tumpangsari dominan cengkih, durian, alpukat. Pemilik CV Naura Kanza Indah Lestari itu memiliki sekitar 500 ribu bibit tanaman. Minat masyarakat untuk menanam diakuinya menjadi peluang usaha berbasis pertanian.

Lihat juga...