Iduladha, Permintaan Tusuk Sate dan Arang di Lamsel Meningkat
Editor: Koko Triarko
Tusuk sate yang dibuat dengan mesin, menurutnya sangat diminati. Selain bersih dan halus, bagian ujung memiliki tingkat keruncingan yang lebih baik. Sebagian panitia kurban dan warga yang tidak memiliki bambu, membeli tusuk sate darinya dan warung. Distribusi tusuk sate dilakukan untuk memasok pemilik usaha kuliner sate.
“Permintaan tusuk sate banyak untuk memenuhi kebutuhan pedagang kuliner sate yang ada di sepanjang Jalinsum,” papar Samadi.
Kerajinan tusuk sate, menurutnya memudahkan usaha kuliner dan ketika hari raya Iduladha. Meski membuat tusuk sate dalam jumlah banyak, ia menyebut selama pandemi Covid-19 permintaan lebih terbatas. Sebab, sejumlah warga yang melakukan hajatan dengan menu sate mulai berkurang imbas larangan menggelar pesta pernikahan.
Widodo, salah satu panitia penyembelihan hewan kurban di Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, mengaku membuat sate menjadi bagian proses menikmati daging kurban. Saat panitia melakukan tugas penyembelihan dan distribusi daging kurban, sebagian memasak untuk panitia. Daging sapi yang dijual, menurutnya dimasak menjadi sate dan menu sop yang akan dikonsumsi untuk makan bersama.
“Selain dibagikan dalam kondisi mentah untuk dimasak sesuai selera, daging kurban akan dimasak untuk dibagi dalam kondisi matang,” cetusnya.
Proses penyembelihan hewan kurban 1 ekor sapi dan 2 ekor kambing dilakukan di sekitar masjid Mambaul Huda. Proses penyembelihan hewan kurban dilakukan dengan protokol kesehatan. Pada Iduladha tahun ini, daging kurban didistribusikan ke penerima. Tanpa harus membawa kupon, panitia telah mencatat daftar penerima daging kurban.