Dolar AS Jatuh ke Terendah di Tengah Kebangkitan Corona
NEW YORK – Dolar AS jatuh ke terendah dua minggu pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), menunjukkan penurunan daya tarik safe-haven untuk saat ini, ketika saham-saham teknologi AS reli dan harga komoditas menguat, sekali pun sentimen tetap berhati-hati di tengah kebangkitan kasus baru virus Corona secara global, terutama di Amerika Serikat.
Sementara itu, euro naik ke tertinggi tiga minggu terhadap dolar, sementara mata uang komoditas seperti dolar Australia, Selandia Baru, dan Kanada, menguat.
Indeks Nasdaq mencapai rekor penutupan tertinggi, didukung oleh saham-saham teknologi, membalikkan kerugian pada perdagangan Selasa (7/7/2020), memicu selera risiko di pasar mata uang.
Dolar biasanya dipandang sebagai tempat yang aman bagi investor untuk memarkir uang mereka setiap kali kebangkitan pandemi yang mengancam pemulihan ekonomi global.
“Investor makin yakin, bahwa reli pasar saham ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat,” kata Analis Senior Pasar OANDA, Edward Moya di New York. “Dan itu cukup banyak berdasarkan pada ekspektasi, bahwa Anda akan terus melihat respons stimulus global yang kuat selama beberapa minggu dan bulan mendatang.”
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada Rabu (8/7/2020) melaporkan 2.982.900 kasus baru virus Corona, meningkat 50.304 kasus dari jumlah sebelumnya. Dikatakan, jumlah kematian meningkat 932 menjadi 131.065.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama saingannya, turun 0,5 persen menjadi 96,499 pada perdagangan sore hari.
Penurunan dolar awal pekan ini memicu apa yang disebut Death Cross, sebuah formasi teknikal bearish yang terjadi ketika rata-rata pergerakan 50-hari menyeberang di bawah rata-rata pergerakan 200-hari.