Warga Wonosari Sukses Budi Daya Lobster Air Tawar
Editor: Koko Triarko
YOGYAKARTA – Sejumlah warga di kabupaten Gunung Kidul yang selama ini terkenal sebagai wilayah minim air, berhasil mengembangkan budi daya lobster air tawar dengan omzet jutaan rupiah setiap bulannya.
Memanfaatkan air pam serta sumur, sejumlah warga di dusun Ngaliyan, Wonosari, mampu memproduksi ribuan ekor bibit lobster air tawar untuk disetor ke sejumlah daerah, guna keperluan pembesaran.
Salah seorang warga, Darmito (40), warga RT 02, Ngaliyan, bahkan mengaku sampai kewalahan memenuhi permintaan pasar. Hal itu disebabkan keterbatasan lahan maupun jumlah indukan yang ada.

“Di sini ada sekitar 8 pembudidaya. Semua fokus pada pembibitan. Karena untuk pembesaran kurang maksimal, mengingat di sini sulit air. Sehingga hanya menjual anakan mulai ukuran 1 sampai 2 inchi,” katanya.
Memanfaatkan kolam-kolam semen berukuran kecil, Darmito dan sejumlah pembudidaya lobster air tawar lainnya berupaya mengatasi keterbatasan air dengan cara melakukan sirkulasi air secara memutar. Memanfaatkan pompa, air diputar mengalir dari satu kolam ke kolam lainnya.
“Karena di daerah sini minim air, kita tidak melakukan pergantian air terlalu sering. Paling hanya sebulan sekali jika air mulai kotor. Namun sirkulasi air tetap dilakukan secara memutar, dari satu kolam ke kolam lainnya,” jelasnya.
Memiliki sekitar 500 indukan, Darmito mengaku mampu menghasilkan anakan lobster antara 500-1.000 ekor per minggu. Anakan lobster ukuran 1 inchi atau usia 1,5 bulan biasa dijual seharga Rp700 per ekor. Sedangkan anakan ukuran 2 inchi atau sekitar 3,5 bulan dijual seharga Rp1.300 per ekor.