Usaha Penjualan Terpal Sistem Yarnen Dukung Sektor Pertanian

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Semenjak tikar mulai banyak dijual petani memilih media pengeringan dengan harga terjangkau. Terpal yang ditawarkan dari ukuran 4×6 meter hingga 6×8 meter.

Bagi petani yang memiliki lahan luas, hasil panen banyak terpal ukuran besar jadi pilihan. Setiap terpal dijual dengan sistem yarnen mulai harga Rp275.000 hingga Rp500.000 per lembar.

Harga tersebut menurutnya cukup murah karena satu kali panen dengan harga per kuintal gabah kering panen (GKP) seharga Rp375.000 bisa membeli selembar terpal.

“Sistem bayar panen juga bertujuan agar petani penggarap yang tidak memiliki lahan bisa memiliki terpal tanpa membayar tunai,” cetusnya.

Madruk mengaku mulai menjual terpal sejak harganya hanya Rp50.000 per lembar. Meningkatnya permintaan terpal membuat harga cenderung naik.

Terlebih saat masa panen raya sebagian petani memilih mengganti terpal yang rusak setelah dipakai selama lebih dari dua tahun. Kerusakan terpal kerap terjadi imbas terkena panas, hujan dan diseret saat proses pengeringan gabah.

Selama masa panen sejak awal Mei hingga awal Juni, Madruk mengaku telah menjual sebanyak 100 lembar terpal. Sebagian petani yang memiliki uang tunai memilih melunasinya.

Namun harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan sistem pembayaran dengan tempo. Sebab sistem yarnen diasumsikan selama 4 bulan untuk masa panen padi dan jagung.

“Ada petani yang membeli terpal untuk digunakan sebagai alas tempat tidur saat berada di gubuk ladang dan sawah,” paparnya.

Yatemi, salah satu petani di kecamatan Penengahan mengaku membeli satu lembar terpal untuk cadangan. Sebanyak lima terpal yang dimilikinya berukuran 6×8 meter khusus untuk menjemur padi.

Lihat juga...