Pengembangan Sapi Basir di Sumbar Terkendala Lahan Pakan
Editor: Koko Triarko
PASAMAN BARAT – Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat, mengatakan saat ini perkembangan peternakan sapi lokal jenis bali-pasisie (basir) di daerahnya, tidak sebanding dengan ketersedian lahan pakan.
Plh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Sumatra Barat, M Kamil, mengatakan, saat ini jumlah sapi yang terdata 374 ekor. Namun, jumlah sapi yang ada itu sulit untuk terus dikembangkan, karena lahan pakan yang terkelola baru 20 hektare.
Diakuinya, jumlah lahan tersebut tidak akan mampu menampung jumlah sapi yang ada. Mengingat lahan pakan untuk ratusan ekor sapi itu dibutuhkan lahan yang sangat luas, mencapai puluhan hektare.
“Jadi, kendala utama yang menyebabkan belum optimalnya pengelolaan peternakan sapi daerah Air Runding ini adalah keterbatasan lahan hijau untuk pakan ternak yang dimiliki oleh pemerintah. Padahal jika lahan pakan tercukupi, sapi itu bisa lebih banyak lagi dikembangkan,” katanya, Rabu (17/6/2020).

Menurutnya, persoalan pada peternakan sapi Air Runding tidak hanya sebatas tata kelola, namun mesti ditelaah secara kompleks dan mendasar. Termasuk bagaimana sejarah keberadaan peternakan ini, dengan berbagai dinamikanya sehingga tetap bisa bertahan.
Secara detail, dijelaskan bahwa lahan UPTD Ternak Ruminansia merupakan bekas Stasiun Pembibitan Ternak milik Area Development Project (ADP), yang merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Jerman Barat pada 1982 silam.