Pakar SDM Berbagi Kiat Atasi Resistensi Pekerja
JAKARTA – Pakar manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), Profesor Dave Ulrich, dari University of Michigan Amerika Serikat, berbagi kiat-kiat perusahaan di Indonesia dalam mengatasi resisten atau penolakan dari pekerja, bahkan petinggi, ketika korporasi hendak melakukan perubahan.
“Seringkali kita menghadapi atau melihat tiga jenis penolakan atau resistensi dari para pekerja, bahkan petinggi yang menolak perubahan di dalam perusahaan,” ujar Dave Ulrich, dalam seminar daring yang digelar Forum Human Capital Indonesia (FHCI) di Jakarta, Senin (22/6/2020).
Menurut dia, jenis resistensi pertama bersifat teknis, di mana pekerja atau petinggi tidak memiliki skill yang sesuai atau baru untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Karena itu, korporasi harus memberikan mereka skill baru.
“Caranya bisa melalui skill-building memberikan pelatihan, program-program pengembangan diri, dan sebagainya, agar pekerja dan petinggi tersebut dapat memiliki skill baru untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi,” katanya.
Jenis resistensi ke dua, yakni penolakan yang bersifat politis, di mana pekerja dan petinggi yang menolak perubahan meyakini pengaruh dan kontribusi mereka akan berkurang atau bahkan tidak dapat menyumbangkan lagi kontribusinya, ketika perusahaan telah mengadopsi perubahan.
“Untuk menghadapi resistensi seperti ini, korporasi perlu memberikan kesempatan dan akses kepada mereka untuk bisa berpengaruh, berkontribusi, dan terlibat agar dapat membuat perbedaan, atau setidaknya ikut menentukan perubahan dalam perusahaan tersebut,” ujar pakar manajemen SDM tersebut.
Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa jenis resistensi ke tiga lebih berkaitan dengan budaya atau kultur kerja. Dengan kata lain, pola pandang serta perilaku (mindset) pekerja dan petinggi perusahaan sebuah proses berpikir, bahwa mereka tidak bisa menjalankannya.