Omzet Penjualan Es Balok di Lamsel Turun 50 Persen
Editor: Koko Triarko
Bardi, penyedia jasa ojek angkut udang, juga mengaku sedang mengalami penurunan order. Saat musim panen udang, ia bisa mengangkut sekitar 50 blong per hari dari sejumlah pemilik tambak. Sejak sejumlah tambak berhenti operasi, terutama sistem tradisional, ia tidak mendapat penghasilan.
“Sekarang sementara alih pekerjaan ikut menjadi tukang ojek gabah di Palas yang sedang panen, karena tambak sedang berhenti operasi,” cetusnya.
Setiap pengiriman udang dari lokasi tambak yang jauh, Badri mengatakan dibutuhkan es balok yang sudah digiling. Fungsi es balok tersebut menjaga agar udang tetap segar, dan tidak berubah warna. Kondisi udang segar ditandai dengan kulit dan daging masih bening, sementara udang yang tidak diberi es akan berubah warna menjadi merah muda.
Setelah proses pengiriman udang dari tambak, penggunaan es balok akan tetap dilakukan. Sebab, udang yang telah disortir akan dimasukkan dalam boks berisi es yang telah digiling. Permintaan es balok menurutnya akan berkurang menyesuaikan masa panen udang. Sebagian pemilik usaha penggilingan es balok masih memenuhi permintaan dari pemilik kolam ikan bandeng.
Hasan, penyedia alat penggilingan es balok, menyebut saat panen raya ia bisa menjual sekitar 10 balok per hari. Balok es tersebut akan digiling, lalu dibawa pembeli menggunakan blong.
Per balok es yang telah digiling akan dijual Rp40.000, termasuk upah penggilingan. Sejak tambak udang berhenti operasi, ia mengurangi jumlah.
Sebelum pengiriman dari pabrik es balok, ia menyesuaikan kebutuhan. Saat tambak yang beroperasi terbatas, ia hanya menyediakan 40 balok es. Kini ,menyediakan 20 balok sudah cukup banyak.