Kondisi Sampah Plastik dan Pengaruh Arus Laut
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Sampah plastik di Indonesia masih menjadi permasalahan. Walaupun terjadi penurunan jumlah sejak tahun 2019, tapi keberadaannya berpotensi mengancam ekosistem laut secara masif.
Pergerakan arus laut, menambah masalah karena memungkinkan pergerakan sampah masuk dan keluar Indonesia.
Ahli Polusi Laut dan Bioremediasi, Prof. Agung Dharma Syakti, menyatakan, pada tahun 2012 tercatat Indonesia menghasilkan 1 juta ton sampah per hari. Atau setara dengan 360 juta ton per tahun.

“Memang sudah terjadi penurunan sejak tahun 2019, menjadi 70 juta ton per tahun. Tapi ini tetap saja banyak. Dan 15 persen dari jumlah itu adalah sampah plastik,” kata Prof. Agung saat dihubungi, Senin (15/6/2020) .
Dan dari jumlah itu, lanjutnya, ada 1,3 juta ton sampah plastik yang masuk ke lautan. Dan sampah plastik ini terbukti mengganggu ekosistem laut.
“Masalah selanjutnya adalah manajemen sampah di Indonesia masih belum maksimal. Akhirnya menyebabkan pencemaran di laut. Juga mempengaruhi penghuni laut,” tandasnya.
Ia menyatakan dari semua jenis plastik, yang berpotensi menyebabkan gangguan terbesar di lautan adalah mikro plastik.
“Sebagai contoh, kalau kita melakukan laundry pakaian, dari setiap kilonya ada 10.000 mikro plastik yang masuk ke dalam aliran air. Dan berpotensi sangat besar untuk masuk ke lautan,” ujarnya.
Ahli Oseanografi, Widodo Setiyo Pranowo, menyatakan, ukuran sampah plastik yang umum diteliti hingga saat ini adalah makro yang berukuran lebih dari 5 milimeter, mikro yang berukuran kurang dari 5 milimeter hingga 100 nanometer dan nano yang berukuran kurang dari 100 nanometer.