Keuntungan Sistem Cangkok dan Stek pada Budidaya Anggur

Editor: Makmun Hidayat

“Untuk hasil buah yang bagus ya pakai cangkok. Bibit tanaman juga bisa tumbuh dengan cepat. Karena memang jumlah akar lebih banyak dibandingkan stek. Namun jika mencangkok dalam jumlah banyak indukan kemungkinan bisa mati,” katanya.

Budidaya pohon anggur di Bantul, Kamis (25/6/2020). -Foto: Jatmika H Kusmargana

Sementara itu menurut Tono stek menjadi teknik budidaya yang paling sulit untuk dilakukan. Pasalnya waktu yang dibutuhkan cukup lama serta kemungkinan berhasil hanya 20 persen saja. Namun keuntungannya, pohon induk tidak berisiko mati seperti halnya sistem cangkok.

“Untuk stek itu tinggal potong saja. Lalu ditaruh di media. Dalam jangka 3 bulan bibit baru bisa ditanam. Karena pertumbuhan akar sedikit demi sedikit, maka untuk bisa berbunga dan berbuah butuh waktu lama,” katanya.

Adanya kekurangan dan kelebihan sistem budidaya anggur tersebut, ternyata juga mempengaruhi harga jual bibit. Bibit anggur sistem sambung memiliki harga paling murah karena memang kualitasnya tidak sebagus sistem stek maupun cangkok. Untuk jenis ninel berkisar kurang dari Rp100 ribu.

“Untuk stek saya biasa jual bibit anggur Ninel Rp150 ribu ukuran kecil. Sedangkan untuk cangkok saya jual Rp200 ribu ke atas. Tergantung ukuran. Untuk yang besar dan sudah berbunga bisa cukup mahal sampai Rp1 juta” katanya.

Karena merupakan tanaman rambat, syarat utama memelihara pohon anggur sendiri adalah penyediaan tempat merambat. Biasanya digunakan baja ringan atau galvalum. Pemupukan bisa menggunakan pupuk kandang serta pupuk mutiara. Sementara untuk mengatasi hama berupa jamur bisa dilakukan penyemprotan obat anti jamur setiap beberapa waktu sekali.

Lihat juga...