Proses Adaptasi ‘New Normal’ Bisa Timbulkan Stres
DENPASAR – Psikolog Klinis Dian Selaras, Layanan Psikologi Bali, Ida Ayu Saraswati Indraharsani, mengatakan bahwa proses beradaptasi seseorang dalam penerapan “new normal” dapat mempengaruhi kesehatan mental.
“Dalam menghadapi era new normal itu, banyak tantangan yang harus dihadapi masyarakat, salah satunya adalah beradaptasi dengan kebiasaan baru. Ketika mereka tidak terbiasa dengan kondisi baru yang harus dihadapi, itu dapat menimbulkan stres, karena penolakan terhadap kondisi itu,” kata Saraswati, saat dihubungi melalui telepon di Denpasar, Senin (25/5/2020).
Ia menjelaskan, bahwa dalam beradaptasi pasti tidak mudah, karena ada beberapa proses penolakan terhadap kebiasaan-kebiasaan baru yang harus dijalani. Salah satunya muncul ketidaksenangan untuk menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru itu, sampai akhirnya pada tahap menerima kondisi dan mau menjalankan kebiasaan baru tersebut.
Proses beradaptasi setiap orang berbeda-beda, tergantung dari persepsi dan kemampuan individu untuk menerima situasi. Ia mengatakan, proses untuk menjadikan suatu perilaku agar menjadi kebiasaan itu butuh waktu, ada yang mudah beradaptasi dan ada juga yang lebih lambat.
Saraswati yang juga psikolog di Lembaga Pelindungan Perempuan dan Anak, Kabupaten Badung, menjelaskan kesehatan mental adalah kondisi yang baik tentang pikiran, perasaan, dan perilaku, sehingga seseorang mampu untuk menjalani suatu situasi dan mengoptimalkan kapasitas diri yang dimiliki.
Dalam proses penerimaan “new normal”, memungkinkan seseorang untuk menolak beradaptasi, yang akhirnya akan jadi stress. Selain itu, kesehatan mental bukan sekadar kejiwaannya normal atau tidak, tapi kesehatan mental itu tentang kemampuan berpikir yang rasional, untuk mengekspresikan emosi yang dirasa dan berperilaku tepat dengan kondisi yang dihadapi.