PBB Ingatkan Krisis Kesehatan Mental karena Pandemi Covid-19
LONDON — Krisis penyakit mental tampaknya akan terjadi saat jutaan orang di dunia dikelilingi kematian dan penyakit, isolasi, kemiskinan, dan kecemasan karena pandemi COVID-19, menurut ahli kesehatan PBB pada Kamis.
“Isolasi, ketakutan, ketidakpastian, kekacauan ekonomi—semuanya menyebabkan atau dapat menyebabkan tekanan psikologis,” kata Direktur Departemen Kesehatan Mental Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Devora Kestel.
Memaparkan laporan PBB dan pedoman kebijakan tentang COVID-19 dan kesehatan mental, Kestel mengatakan peningkatan jumlah dan keparahan penyakit mental mungkin terjadi. Karena itu, pemerintah perlu mengedepankan isu kesehatan mental dalam merespons COVID-19.
“Kesehatan mental dan kesejahteraan seluruh masyarakat sangat dipengaruhi oleh krisis ini, dan merupakan prioritas yang harus segera ditangani,” ujar dia kepada reporter.
Laporan PBB itu menyoroti beberapa wilayah dan golongan masyarakat yang rentan terhadap tekanan mental—termasuk anak-anak dan remaja yang terisolasi dari teman-teman dan sekolah, petugas layanan kesehatan yang menyaksikan ribuan pasien terinfeksi dan meninggal dunia akibat virus corona baru.
Studi dan survei yang muncul sudah menunjukkan dampak COVID-19 terhadap kesehatan mental secara global. Para psikolog mengungkapkan kecemasan yang dihadapi anak-anak dan peningkatan kasus depresi serta kecemasan di beberapa negara.
Kekerasan dalam rumah tangga juga meningkat, dan pekerja kesehatan melaporkan tingginya kebutuhan untuk dukungan psikologis.
Pekan lalu, Reuters melaporkan hasil wawancara dengan para dokter dan perawat di Amerika Serikat yang mengatakan bahwa mereka atau rekan mereka telah mengalami kombinasi panik, kecemasan, kesedihan, mati rasa, mudah marah, insomnia, dan mimpi buruk.