Budidaya Kerang Hijau, Alternatif Usaha Menjanjikan Kala Pandemi

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Masa pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) berimbas sejumlah masyarakat kehilangan pekerjaan. Sulitnya lapangan pekerjaan berimbas penghasilan menurun untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sugeng, warga Desa Legundi, Kecamatan Ketapang, Lamsel menyebut semula bekerja sebagai buruh bangunan. Sesekali ia melaut mencari ikan saat tidak ada pekerjaan. Masa pandemi Covid-19 menurutnya membuat ia sementara kembali ke pantai.

Tumpuan penghasilan hanya tersisa dari panen kerang hijau (Perna viridis) yang dibudidayakan sejak lima tahun silam. Budidaya kerang hijau dengan memanfaatkan ban bekas, tonggak kayu dan tambang. Saat tidak ada pekerjaan panen kerang hijau memberi penghasilan harian.

Normalnya kerang hijau dipanen saat usia enam bulan, tapi sebagian tonggak bisa dipanen bertahap. Permintaan kerang hijau menurutnya rata-rata dalam sehari mencapai 100 kilogram. Pesanan kerang hijau tersebut kerap dikirim dalam bentuk kupasan dan sebagian masih bercangkang. Pesanan rutin berasal dari pemilik warung makan yang masih beroperasi.

“Meski berkurang pesanan kerang hijau tetap banyak diminta oleh pelanggan terutama untuk menu berbuka puasa yang ingin menyiapkan variasi lauk penambah selera,” terang Sugeng saat ditemui Cendana News, Jumat (1/5/2020).

Kerang hijau yang sudah dikupas menurutnya dijual dengan harga Rp8.000 per kilogram. Sebaliknya kerang hijau yang belum dikupas dengan masih memiliki cangkang dijual seharga Rp5.000 per kilogram. Sugeng kerap menerima pesanan kerang yang belum dikupas rata rata 20 kilogram dari konsumen.

Maman, salah satu pembudidaya kerang hijau di perairan pantai Desa Legundi Kecamatan Ketapang Lampung Selatan, Jumat (1/5/2020). -Foto Henk Widi
Lihat juga...