Asteroid, Bisa Bertabrakan dengan Bumi?

JAKARTA — Giuseppe Piazzi, astronom kelahiran kota kecil bernama Ponte in Valtellina di Italia menemukan 1 Ceres tepat pada hari pertama di tahun 1801. Awalnya ia mengira apa yang ditemukannya adalah sebuah bintang, karenanya dinamainya benda langit itu “bintang baru”.

Pada perkembangannya, Ceres yang mengambil nama dewi pertanian Romawi itu diketahui merupakan asteroid pertama yang pernah ditemukan umat manusia. Dan sejak 24 Agustus 2006, benda langit yang memiliki diameter 950 kilometer (km) tersebut diberi status planet katai atau planet kerdil oleh Persatuan Astronomi Internasional.

1 Ceres sebagai asteroid tidak lah sendiri. Ia ditemukan bergerak mengorbit Matahari bersama 2 Pallas dan 4 Vesta, dan sejutaan lainnya di antara Planet Mars dan Planet Jupiter sehingga membentuk sabuk asteroid.

Peneliti Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Abdul Rachman menyebut asteroid terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu, dan merupakan sisa dari pembentukan planet-planet dalam Tata Surya, seperti Merkurius, Venus dan Bumi. Ukurannya sangat beragam, ada yang tidak terlihat karena sangat kecil tapi ada pula yang besar, kira-kira seluas Bandung-Jakarta atau Bandung Bekasi.

“Di antara orbit Mars dan Jupiter ada kumpulan benda seperti batu yang tidak beraturan. Nah ini lah wilayah ditemukan banyak asteroid. Bahkan oleh karena itu diberi nama khusus yakni sabuk asteroid. Ditemukan sangat banyak jumlah asteroid, di situ bisa dilihat juga ada orbit lintasan miring. Kalau lainnya dalam satu bidang tapi yang ini bidangnya sangat miring,” katanya.

Jarak dari Mars ke Jupiter memang lebih jauh jika dibandingkan jarak antar planet lainnya di sistem Tata Surya. Hasil pengamatan tahun 1999 menemukan ada asteroid yang bisa diketahui, namun ada pula yang tidak teramati karena keterbatasan teknologi, bahkan oleh mereka negara-negara maju, kata Rachman.

Lihat juga...