Selain COVID-19, Masyarakat Juga Diminta Waspadai Malaria

Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo

Direktur Pencegahan dan Pengendalian penyakit Tular Vektor dan Zoonosis dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid saat dihubungi, Rabu (29/4/2020) - Foto Ranny Supusepa

JAKARTA — Kementerian Kesehatan meminta masyarakat di daerah endemis malaria untuk waspada. Tidak hanya pada penyebaran COVID 19 yang saat ini sudah semakin meningkat dan meluas hingga ke daerah endemis malaria, terutama di bagian Timur Indonesia seperti NTT, Maluku, dan Papua.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kemenkes, Tular Vektor dan Zoonosis dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan, penyakit malaria memiliki beberapa gejala yang mirip dengan COVID-19 seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot.

“Sehingga prosedur layanan malaria selalu mengacu pada protokol pencegahan COVID-19. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak ada peningkatan kasus malaria saat pandemi ini,” kata Nadia saat dihubungi, Rabu (29/4/2020).

Selain itu, lanjutnya, penyakit malaria akan semakin memperberat kondisi seseorang yang juga terinfeksi COVID-19.

“Penderita malaria dapat terinfeksi penyakit lainnya, termasuk COVID-19,” ujarnya lebih lanjut.

Dalam upaya perlindungan terhadap petugas layanan malaria dari penularan COVID-19, maka setiap petugas yang melakukan layanan malaria diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar protokol pencegahan COVID-19.

“Bagi masyarakat harus tetap mengutamakan jaga jarak fisik, memakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan menghindari kerumunan lebih dari 5 orang, serta jangan lupa menggunakan kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk,” ucap Nadia.

Di masa Pandemi COVID-19 maka pemeriksaan diagnostik malaria dilakukan dengan Tes Cepat (RDT) dan pasien dapat segera diberikan pengobatan bila hasil pemeriksaan RDT positif. Pembuatan sediaan darah tetap dilakukan untuk konfirmasi hasil RDT dan evaluasi pengobatan Malaria.

Lihat juga...