Mengenal Bintang Tsurayya dan Kaitannya dengan Pandemi

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Pemerhati Islam, M. Ramdlan Nurrohman, menyatakan, bahwa sebelum melihat pada bintang Tsurayya, yang harus dipahami sebelumnya adalah penggunaan kata Tha’un dan Waba dalam kosa kata Bahasa Arab.

Pemerhati Islam M. Ramdlan Nurrohman saat dihubungi, Kamis (30/4/2020) – Foto: Ranny Supusepa

“Walaupun ada yang menyamakan makna Tha’un dan Waba tapi Imam An-Nawawi dan Ibnu Hajar Al-Asqalani membedakannya. Waba itu diartikan pandemi dan menurut An-Nawawi, kata tha’un lebih khusus, sempit, atau spesifik dibandingkan kata waba,” kata Ramdlan saat dihubungi.

Ia menjelaskan, menurut literatur, Tha’un adalah luka bernanah yang muncul pada siku, ketiak, tangan, jari, atau sekujur badan. Luka yang muncul disertai dengan memar, rasa pedih dan nyeri. Luka ini muncul bersama dengan rasa panas. Sekitar luka kulit menghitam, memerah, menghijau, dan memerah agak ungu. Gejala lainnya adalah peningkatan detak jantung dan muntah-muntah.

“Dalam video yang viral, Hadis yang dikutip disebut benar ada dalam Musnad Ahmad dalam Kitab Khalq al-Alam (Kitab Penciptaan Alam), Bab Ma Ja’a fi al-Syamsi wa l-qamari wa l-kawakib (bab tentang matahari, bulan dan bintang-bintang), dengan rumusan “Idza thala’a al-najmu dza shabahin rufi’at al-‘ahatu” (ketika bintang itu terbit maka dihilangkanlah al-‘ahah),” ujar Ramdlan lebih lanjut.

Tapi mengkaitkan al-‘ahah dengan wabah virus itu tidak benar. Karena Al-‘ahah dalam Mu’jam al-Wasith diartikan sebagai bahaya atau penyakit yang menimpa tanaman dan ternak.

“Terkait ‘ahah yang mengenai ternak terdapat dalam hadis yang berbunyi la yuridanna dzu ‘ahatin ‘ala mushihhin, yang artinya Janganlah sekali-kali mencampurkan unta yang menderita penyakit (dzu ‘ahah) dengan unta yang sehat dari HR Muslim 2221 dan Abu Dawud 3411,” paparnya.

Lihat juga...