Jika Warga tak Disiplin, Semarang jadi Episentrum Baru COVID-19
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Kita belajar di PSBB Jabodetabek, mereka melakukan hal yang sama yakni pengetatan, tapi di daerah pinggiran masih ada kerumunan. Jadi intinya bukan PKM atau PSBB, tapi kesadaran dari masing-masing masyarakat untuk bisa mengerti, memahami dan disiplin jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lainnya,” tegasnya.
Namun apabila kebijakan PKM yang diterapkan Kota Semarang tidak berhasil dan masyarakat tetap tidak disiplin, bukan tidak mungkin kebijakan PSBB akan diambil nantinya.
“Kalau sudah PSBB, semua pasti akan terasa sakit. Semuanya susah. Maka ayo jangan sampai kita menaikkan status menjadi PSBB dengan cara disiplin dan taat aturan,” pungkasnya.
Terpisah, Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, memaparkan, untuk mencegah agar jangan sampai Semarang menjadi pusat baru penyebaran covid-19, pihaknya akan lebih tegas dalam penerapan PKM.
“Sejauh ini, meski baru dilaksanakan beberapa hari, namun kita sudah lihat kesadaran masyarakat semakin meningkat, dalam upaya pencegahan covid-19,” terangnya.
Dipaparkan, untuk menahan laju penularan covid-19, tiap RW di Kota Semarang mendapat dukungan dari 48 tim patroli gabungan di pos pantau. Hendi berharap dengan cara tersebut penurunan kasus covid-19 di Semarang bisa menurun.
“Dalam PKM, kegiatan masyarakat masih diizinkan namun dengan ketentuan peraturan yang ketat. Demikian pula dengan mereka yang hendak melintas kota, jika memang hanya melintas tentu tak mengharuskan monitoring karena di wilayah perbatasan, masih beroperasi pabrik-pabrik, dimana para buruhnya berasal dari kabupaten tetangga,” tandasnya.