BMKG: Aktivitas MJO Picu Bencana Hidrometeorologi
Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo
Sementara itu, Kasubbid Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto menyatakan, gelombang atmosfer ekuator tropis MJO merupakan gangguan atmosfer berupa perambatan klaster udara basah yang menjalar dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik melewati wilayah Benua Maritim Indonesia dengan siklus 30 – 90 hari.
“Pada saat berada di atas suatu wilayah, perambatan MJO ini dapat memicu pertumbuhan awan yang cepat dan besar sehingga menghasilkan hujan dengan curah yang tinggi. Dari analisis diyakini, MJO merupakan pemicu curah hujan ekstrem yang berkaitan dengan banjir Jakarta Januari 2013,” ucapnya saat dihubungi.
Ia menjelaskan bahwa lintasan jalar dan lama fase aktif MJO pada daerah bujur tertentu bisa lebih cepat ataupun lebih lambat.
“MJO yang aktif pada musim kemarau ketika memasuki wilayah Indonesia akan terpropagasi zig-zag dengan orientasi arah Barat Daya-Timur Laut, karena pengaruh perambatan gelombang Rossby pada wilayah tropis dan interaksinya dengan monsun Australia,” urainya.
Ia melanjutkan, pusat gelombang MJO pada suatu lokasi geografis sering disertai penguatan konveksi pada daerah lain, sehingga kadang tampak kejadian hujan ekstrem mendahului lintas jalar MJO.
Suhu permukaan laut Indonesia memang masih lebih hangat, dibanding rerata klimatologisnya dalam 30 tahun terakhir, pada bulan-bulan ini memicu kelimpahan pasokan uap air ekstra lebih banyak dari hasil penguapan lautan. Interaksinya dengan sirkulasi angin serta pengaruh topografi daratan atau pulau dapat membuat atmosfer di atasnya mudah berawan sehingga lapisan lebih tinggi (disebut awan supercell), terlebih saat fase aktif MJO.