BMKG: Aktivitas MJO Picu Bencana Hidrometeorologi

Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo

Plt. Deputi Bidang Meteorologi Drs. Herizal, M.Si, saat dihubungi, Kamis (30/4/2020) - Foto Ranny Supusepa

JAKARTA — Masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, menyebabkan beberapa daerah Indonesia, terutama wilayah barat, masih berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi. Penjalaran gelombang ekuator tropis Madden Julian Oscalliation (MJO) ditengarai memicu aktivitas hujan tingkat sedang hingga tinggi di Indonesia.

Plt. Deputi Bidang Meteorologi Drs. Herizal, M.Si menyatakan, pada periode pancaroba, cuaca umumnya berubah lebih dinamis dan sangat dipengaruhi oleh pemanasan permukaan oleh radiasi matahari, sirkulasi atmosfer lokal, serta ada atau tidaknya gangguan atmosfer di atas suatu wilayah dan sekitarnya akibat aktivitas badai tropis, pusaran angin atau gelombang atmosfer ekuator tropis.

“Berdasarkan pemantauan dan analisis BMKG dalam beberapa hari terakhir, serta prediksi kondisi atmosfer untuk seminggu ke depan, terdapat indikasi akan adanya perambatan gelombang atmosfer ekuator tropis MJO di atas wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat pada periode 27 April – 03 Mei 2020,” kata Herizal saat dihubungi, Kamis (30/4/2020).

Kondisi ini, menurut Herizal, berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan awan hujan yang cepat dan lebat.

“Potensi tersebut diperkuat pula oleh adanya peluang terbentuk pusaran angin (sirkulasi siklonik) di atas Laut Jawa bagian barat,” ujarnya.

Karena itu, lanjutnya, BMKG menghimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrim.

“Seperti puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es. Maupun dampaknya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin. Kami juga memita Pemerintah Daerah untuk dapat menyiapkan langkah-langkah antisipatif terhadap dampak yang ditimbulkannya,” ujar Herizal tegas.

Lihat juga...