Kasus Meningkat, DBD di Sikka Masuk Fase Krisis
Editor: Makmun Hidayat
MAUMERE — Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, selama rentang waktu 10 tahun terakhir, baru di tahun 2020 mengalami lonjakan yang sangat drastis dibandingkan dengan tahun 2010 dengan 861 kasus dan korban meninggal dunia sebanyak 10 orang.
Sementara selama rentang waktu 2010 hingga 2018, kasus terbanyak terjadi tahun 2016 sebanyak 392 kasus dan 2 orang meninggal dunia sementara tahun 2013 kasusnya berjumlah 378 dengan korban meninggal sebanyak 3 orang dan di tahun-tahun tersebut ditetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Kabupaten Sikka sudah 4 kali ditetapkan status KLB DBD yakni tahun 2010,2013, 2016 dan tahun 2020 ini yang sudah ada perpanjangan status KLB,” ujar Petrus Herlemus, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, saat ditemui Cendana News, Senin (2/3/2020).
Petrus menyebutkan, KLB tahun 2020 ini sudah masuk fase krisis karena kalau dilihat 5 tahun terakhir, ini sudah KLB keempat dimana trennya tahun 2020 sangat signifikan sekali peningkatan kasusnya.
Dirinya menambahkan, pada tahun 2019 ada 620 kasus dan 13 orang meninggal dunia dan berlangsung selama setahun tetapi tahun 2020 sejak Januari hingga Februari sudah mencapai angka 1.057 kasus dengan 11 korban meninggal dunia.
“Kita sudah masuk fase krisis karena ada peningkatan kasus yang signifikan. Untuk itu telah diturunkan 10 dokter yang diperbantukan dari Kementerian Kesehatan RI,” jelasnya.
Selain itu tambah Petrus, pihaknya mendapat bantuan dari TSSI sebanyak 1.000 kelambu dan lotion anti nyamuk 8 ribu sachet serta dana operasional dan Dinas Kesehatan Sikka juga teah menyediakan lotion antion nyamuk sebanyak 6 ribu sachet.