Gagal Budidaya Lele, Warga Pasuruan Beralih Ikan Nila

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Permintaan sebanyak 1000 ekor saja ia bisa mendapatkan hasil Rp500 ribu. Sementara untuk ikan nila konsumsi bisa dijual saat memiliki berat sekitar 500 gram.

Ikan nila dengan berat 500 gram menurutnya bisa diperoleh saat usia 3 hingga 6 bulan. Perkembangan ikan yang tidak seragam membuat proses panen kerap dilakukan secara parsial.

Permintaan ikan nila dari sejumlah pemilik usaha rumah makan rata-rata mencapai 50 hingga 100 kilogram. Satu kilogram ikan nila dijual dengan harga Rp20.000.

“Tingkat hidup ikan nila lebih tinggi daripada ikan lele yang sebelumnya saya budidayakan karena tingkat kanibal yang tinggi,” tutur Suyatno.

Permintaan bibit ikan nila menurut Suyatno sangat tinggi. Sebab memasuki masa tanam ikan nila cocok ditebar pada lahan pertanian dengan sistem mina padi.

Ikan nila yang potensial hidup pada air mengalir membuat jenis ikan tersebut dikembangkan petani pada lahan tanaman padi. Pemberian pakan yang mudah dengan sayuran, daun talas dan dedak padi membuat pengeluaran biaya pakan bisa ditekan.

Memiliki sekitar lima kolam berukuran besar dan sebagian ukuran kecil, Suyatno melakukan pemisahan berdasarkan ukuran. Pemisahan dilakukan olehnya mempermudah proses panen karena permintaan ikan nila yang meningkat.

Satu kilogram ikan nila dengan berat rata-rata 200 gram diperlukan sebanyak 4 ekor ikan untuk dijual. Sebagian kolam terpal yang semula dipakai untuk budidaya ikan lele bahkan mulai digunakan untuk budidaya ikan nila.

“Peralihan budidaya menjadi hal yang wajar karena peluang pasokan air melimpah harus dimanfaatkan,” ungkap Suyatno.

Satu petak kolam ikan yang siap panen menurutnya bisa menghasilkan sekitar 10 hingga 20 kuintal. Dijual dengan rata-rata Rp20.000 per kilogram saja ia bisa mendapatkan hasil Rp 4juta sekali panen.

Lihat juga...