Sinergisitas Sektoral Diharapkan Turunkan Angka Stunting Maluku

Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo

JAKARTA — Menurunkan tingkat stunting Maluku yang menurut Riskesdas mencapai 34,1 persen dibutuhkan sinergi dari semua pemangku kepentingan dan seluruh sektor masyarakat.

Duta Parenting Provinsi Maluku, Widya Pratiwi Murad Ismail menyatakan permasalahan yang dihadapi oleh wilayah tersebut adalah kemiskinan, akses pada pelayanan kesehatan, pola kehidupan tidak sehat, kurangnya akses air bersih, kurang makan sayur dan tidak adanya koordinasi dari semua pihak terkait.

“Wilayah Maluku merupakan wilayah kepulauan yang tersebar dan hanya sedikit daratan. Kondisi ini menyebabkan APBD Maluku hanya Rp3,7 triliun. Sehingga sedikit agak memprihatinkan,” kata Widya saat memberikan sambutan pada peringatan Hari Gizi Nasional di Lapangan Kementerian Kesehatan Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Ia menjelaskan bahwa upaya melakukan edukasi stunting ini ditujukan pada lapisan paling bawah tatanan masyarakat, yaitu keluarga.

“Saya sebagai ibu dari masyarakat Maluku melakukan kunjungan langsung ke lokus yang dinyatakan sebagai kasus gizi buruk. Karena dengan turunnya saya, maka diharapkan ibu walikota, ibu bupati dan Ibu-ibu lainnya akan mau juga untuk bersinergi,” ujar istri dari Gubernur Maluku Murad Ismail ini.

Ia menyampaikan, selama 2019 sudah dilakukan kunjungan pada tiga lokus. Yaitu Desa Kawa Seram Barat, Desa Wakua Kepulauan Aru serta Desa Piliana dan Desa Moso di Maluku Tengah.

“Melihat secara langsung kegiatan keseharian mereka merupakan cara untuk mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah stunting yang ada di daerah Maluku,” tandasnya.

Setelah melakukan komunikasi dengan ibu-ibu dan posyandu di daerah terkait, ditemukan bahwa permasalahan yang ada yaitu pola kehidupan sehari-harinya tidak menitikberatkan pada nilai gizi dari makanan tersebut.

Lihat juga...