BRUSSELS – NATO menangguhkan pelatihan keamanan Irak dan pasukan bersenjata untuk memastikan keamanan beberapa ratus anggota misi, setelah serangan udara AS di Baghdad yang menewaskan seorang jenderal top Iran.
“Keamanan personel kami di Irak adalah yang terpenting,” kata juru bicara sementara NATO, Dylan White, dalam sebuah pernyataan. “Kami terus mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan. Misi NATO terus berlanjut, tetapi kegiatan pelatihan untuk sementara ditangguhkan.”
Dia mengatakan, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, telah berbicara melalui telepon dengan Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, sejak serangan Jumat terhadap komandan Pengawal Revolusi Iran, Qassem Soleimani, di bandara Baghdad.
NATO sedang memantau situasi di kawasan itu dengan sangat dekat, tambahnya, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa pembunuhan orang terkuat ke dua Iran dapat memicu gejolak hebat di Timur Tengah.
Misi NATO Irak (NMI), melibatkan hingga beberapa ratus pelatih, penasihat dan staf pendukung dari negara-negara aliansi dan negara-negara mitra nonNATO, termasuk personel militer dan sipil.
Didirikan di Baghdad pada Oktober 2018 setelah tiga tahun berperang melawan kelompok militan, NMI adalah misi ‘melatih dan memberi nasihat’ untuk membantu struktur dan institusi keamanan Irak menangkal pemberontakan di masa depan. Komandan misi saat ini adalah Mayor Jenderal Jennie Carignan dari Kanada.
Terpisah, militer Jerman mengatakan dalam sebuah surat yang dilihat oleh Reuters pada Jumat, bahwa Amerika Serikat dan sekutunya telah menunda pelatihan pasukan Irak, karena meningkatnya ancaman yang mereka hadapi setelah serangan Jumat terhadap Soleimani.