Mencari Belut, Cara Anak Penengahan Isi Liburan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Kini sistem ngecop belut dikombinasikan dengan alat pancing. Senar yang diberi pancing berumpan cacing akan dimasukkan ke lubang sarang belut.

Teofilus, salah satu anak yang duduk di bangku kelas VIII SMP bersama Fajar rekannya memilih ngecop memakai pancing. Pancing yang diberi umpan disebutnya lebih aman untuk mencari belut dibandingkan memakai tangan kosong.

Sistem pencarian belut masih akan mempergunakan pola pencarian lubang yang berpotensi dihuni belut. Ia harus menyibak daun genjer, rumput untuk mendapat lubang yang tepat.

“Harus jeli melihat lubang yang ada belutnya dengan memasukkan pancing berumpan belut akan memakan umpan, kalau dimakan harus ditarik,” beber Teofilus.

Gigi belut yang tajam menurutnya kerap memutuskan tali senar. Ia memilih menggunakan senar yang dipelintir agar lebih kuat. Sebagai kegiatan pengisi libur Imlek dan akhir pekan Teofilus menyebut ia kerap mendapatkan puluhan ekor belut bersama rekannya.

Sekali proses memancing ia kerap harus kehabisan 3 hingga 5 pancing yang putus. Sebagai antisipasi ia menyiapkan cadangan dan saat pancing habis ia memakai tangan kosong.

Hasil tangkapan belut dengan teknik ngecop memakai pancing menurutnya menjadi cara mendapatkan lauk. Belut yang diperoleh dengan sistem ngecop memakai pancing menurutnya akan digoreng.

Selain saat liburan, masa jelang pengolahan lahan sawah atau mblebeg usai pulang sekolah ia mencari belut.

Belut menurutnya jadi lauk yang murah meriah bergizi tinggi untuk sarapan sebelum sekolah. Sebab belut akan dimasukkan pada ember dalam kondisi hidup dan akan diambil saat akan dimasak.

Belut yang digoreng dengan tepung menjadi peyek belut menurutnya bisa disimpan dalam waktu sepekan. Meski hanya sebagai pengisi liburan ia menyebut bisa mendapat lauk yang sehat dan bergizi.

Lihat juga...