Memahami Metode Penularan nCoV sebagai Upaya Pencegahan
Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo
Dari data yang didapatkan, jika dibandingkan dengan SARS Virus dan MERS Virus menunjukkan bahwa tingkat kematian nCoV sejauh ini lebih kecil persentasenya dari pada SARS maupun MERS.
Tercatat SARS memiliki tingkat kematian 10 persen dari total kasus dan MERS memiliki tingkat kematian 34 persen dari total kasus. Sementara, dengan laporan kasus yang ada nCoV hanya menunjukkan 3,1 persen.
“Dari hasil pengamatan, menunjukkan adanya perbedaan protein pada struktur nCoV jika dibandingkan SARS dan MERS, yang menyebabkan perbedaan sifat,” ucapnya.
Tapi metode penularan, dari data yang ada saat ini, terlihat bahwa tipikalnya sama yaitu droplet.
“Ciri penularan droplet itu memiliki ukuran partikel 3 mikro, ditularkan melalui batuk atau bersin atau muntahan. Sama seperti SARS dan MERS. Berbeda dengan TBC yang memiliki metode penularan airborne, yang lebih masif. Jadi harusnya kita lebih waspada dengan TBC,” tandasnya tegas.
Aditya menyebutkan bahwa untuk mencegah penularannya, masyarakat harus rajin cuci tangan dan selalu menutup mulut dan hidung.
“Selalu menutup mulut saat bersin dan batuk, itu merupakan hal yang penting dilakukan. Membuang tisu yang digunakan setelahnya. Atau jika dengan tangan, maka cuci tangan dengan air sabun atau dengan alkohol,” ujarnya.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP menyatakan bahwa mengenali nCoV dan memahami metode penularan, bisa menjadi awal pencegahan pemaparan nCoV.
“PAPDI merasa berkepentingan untuk memberikan informasi terkait pencegahan meluasnya penyebaran dan apa yang harus dilakukan,” katanya.