Buku ‘Sang Elang’, Kisah Pejuang Asal Belitung di Malang

Editor: Koko Triarko

Diceritakan Haril, setelah revolusi kemerdekaan H. AS. Hanandjoeddin bersama para pemuda Jawa Timur berhasil merebut pangkalan udara Bugis dari tangan Jepang. Termasuk merebut beberapa kantor pusat pemerintahan Jepang di Malang.

“Pangkalan udara Bugis  berhasil dikuasai melalui sebuah pertempuran pada 18 September 1945, dan H. AS. Hanandjoeddin menjadi salah satu tokoh yang mampu menggerakkan para pemuda untuk merebut pangkalan tersebut,” terangnya.

Bersama para pemuda Jawa Timur yang berada di Malang, mereka berhasil menguasai lebih dari 70 buah pesawat rampasan Jepang dan lebih dari 275 pucuk senjata.

H AS. Hanandjoeddin tercatat pernah menjabat sebagai kepala bagian teknik Lanud Bugis, yang bertanggung jawab terhadap pesawat rampasan Jepang.

Kemudian pada agresi militer pertama, 21 Juli 1947, pangkalan udara Bugis di bombardir oleh Belanda. Terjadi baku tembak selama kurang lebih 8 jam, yang mengakibatkan pangkalan Bugis hancur.

Setelah Lanud Bugis hancur, H. AS. Hanandjoeddin menyingkir dan bergerilya di Malang timur mulai Tumpang dan Wates. Di sana beliau memimpin sebagai komandan dua sektor sekaligus, yaitu komandan sektor satu dan dua front Malang timur. Di situlah sempat terjadi pertempuran antara pasukan beliau dengan pasukan Belanda.

“Jadi, H. AS. Hanandjoeddin tidak hanya memiliki kemampuan memperbaiki pesawat,  tetapi juga memiliki kemampuan sebagai komandan pasukan, yang bertempur melawan Belanda,” jelasnya.

Disebutkan, ratusan buku ‘Sang Elang’ diwakafkan kepada perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah SMA/SMK di Malang, Tulungangung dan Trenggalek.

Lihat juga...