Buku ‘Sang Elang’, Kisah Pejuang Asal Belitung di Malang

Editor: Koko Triarko

“Sebagai penghormatan, nama H. AS. Hanandjoeddin saat ini sudah menjadi nama bandara dan lanud di Belitung. Selain itu untuk mengenang perjuangan beliau di Malang, kami bersama Bupati Malang berencana membangun monumen H. AS. Hanandjoeddin di Malang,” katanya.

Lebih lanjut, Komandan Pangkalan Udara Militer Lanud Abdulrachman Saleh, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Hesly Paat, menyambut baik inisiatif Bupati Belitung dalam upaya mengusulkan kepada pemerintah pusat peran Letkol pasukan H. AS. Hanandjoeddin untuk menjadi pahlawan Nasional.

Menurutnya, peran H. AS. Hanandjoeddin sangat besar dalam merebut kemerdekaan Indonesia, terutama dalam upaya mempertahankan Lanud Bugis yang saat ini bernama Lanud Abdulrachman Saleh, dari tangan penjajah Belanda.

“Untuk menghormati jasa beliau, kami berencana akan mengabadikan nama H. AS. Hanandjoeddin sebagai salah satu nama jalan di kompleks Lanud Abdulrachman Saleh,” akunya.

Selanjutnya, melalui buku ‘Sang Elang’ diharapkan bisa menjadi reverensi bagi masyarakat, khususnya pelajar dan mahasiswa, untuk mengenang ketokohan H. AS. Hanandjoeddin dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia.

Sementara itu, penulis buku ‘Sang Elang’ Haril M. Andersen, menjelaskan, bahwa buku tersebut disusun sejak 2004 dan baru dicetak pada 2015.

“Penyusunan buku ‘Sang Elang’ melalui proses riset yang cukup lama, sekitar 10 tahun, sebelum akhirnya dicetak pada 2015,” jelasnya.

Menurut Haril, buku dengan 654 halaman tersebut menceritakan kehidupan H. AS. Hanandjoeddin di masa kecil serta perjuangan-perjuangannya di kancah revolusi kemerdekaan.

Penulis buku ‘Sang Elang’, Haril M. Andersen, menjelaskan perjuangan H. AS. Hanandjoeddin di Malang, Rabu (8/1/2020). -Foto: Agus Nurchaliq
Lihat juga...