Belajar Seni Pahat di Anjungan Papua Barat TMII

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Dengan mengenakan busana adat Asmat, rumbai-rumbai berbahan daun sagu dan dengan hiasan rumbai serta ukiran di kepala, tubuhnya pun berhias ukiran khas Asmat, paduan warna putih dan hitam,  Yafet Sarau dengan jemari tangannya terlihat memahat kayu berbentuk patung manusia.

Secara perlahan, pahatan berbahan kayu besi itu diukir Yafet dengan sangat terampil, hingga terbentuk seorang manusia berdiri tegak.

“Seni pahat bentuk manusia ini memiliki makna kepercayaan kepada kekuatan alam, dan penghargaan keberadaan nenek moyang,” kata Yafet kepada Cendana News ditemui di area Anjungan Papua Barat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu (11/1/2020).

Menurutnya, ciri khas seni pahat suku Asmat bersifat naturalis. Kerumitan dalan mengukirnya juga tergantung dari motif yang dikreasikan pemahatnya.

Yafet Sarau memperlihatkan patung motif manusia hasil kreasi memahat di area halaman Anjungan Papua Barat TMII, Jakarta, Sabtu (11/1/2020). Foto: Sri Sugiarti

Dalam memahat atau mengukir, suku Asmat tidak menggunakan rancangan terlebih dahulu. Semua pahatan yang diukirnya baik itu motif manusia, perahu, binatang, ukiran tiang dan lainnya.

“Kreasi seni pahat adalah hasil ekspresi jiwa kami yang mencerminkan budaya Asmat, yang menggambarkan kearifan lokal dan keindahan alam,” ujar pria kelahiran Papua 28 tahun ini.

Dalam membuat patung model manusia ini, Yafet membutuhkan waktu dua hari. Setelah jadi, kemudian patung itu diperhalus hingga terlihat licin. Selanjutnya, patung itu pun diberi warna hitam dan putih.

Lihat juga...