Atraksi Imlek di Sungai Pakning Riau, Meriah

Sebelum pawai dimulai, terlebih dahulu dilakukan ritual di Kelenteng Hock Hian Kiong, diiiringi bunyi genderang dan alat musik lainnya yang dimainkan sejumlah anak-anak Tionghoa.

“Satu per satu peserta dirasuki roh dewa dan ritual dimulai dengan cara menekan mulut dengan besi dari berbagai ukuran, dan ada juga yang memukulkan pedang ke badan mereka,” ujar Ateng Liong, salah seoarang panitia perayaan imlek.

Setelah ritual selesai, peserta pawai kemudian diarak menuju Kota Pakning. dengan iringan bunyi petasan yang dipasang peserta di sepanjang jalan menuju tempat perayaan.

Dalam pawai tersebut, peserta membawa sejumlah atribut bendera dari berbagai bentuk dan peserta yang dirasuki roh dewa berjalan sambil diiringi suara genderang. Bahkan, ada juga peserta yang membawa tandu yang biasa disebut Kiu yang di dalamnya ada patung dewa.

Sesampainya arakan di Jalan Sudirman, Kota Pakning, tepatnya di depan Hotel Wisata, dilakukan ritual sembahyang yang dipimpin oleh seorang tangkie atau biasa disebut pimpinan dewa.

“Ritual oleh masyarakat Tionghoa tersebut menjadi kesempatan untuk meminta berkah kepada dewa mereka dengan memegang dupa sebagai simbol permintaan,” kata Ateng.

Camat Bukit Batu, Taufik Hidayat, mendukung khazanah kebudayaan di Indonesia, salah satunya perayaan Cue Lak yang dilakukan oleh masyarakat Tiongha di Sungai Pakning dalam menyambut tahun baru Imlek.

“Kegiatan ini merupakan cermin toleransi di Kecamatan Bukit Batu berjalan dengan baik, dan saya selalu mendukung kegiatan ini,” katanya.

Taufik juga berharap, perayaan tahun baru Imlek ini dapat dijadikan kegiatan ritual dan atraksi tersebut menjadi wisata religi yang akan terus dipertahankan.

Lihat juga...