Sawit Berkelanjutan di Indonesia Membantu Pengendalian Perubahan Iklim
MADRID – Indonesia terus memacu upaya pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan. Hal itu dilakukan, demi peningkatan kesejahteraan masyarakat, sekaligus menjadi kunci dalam upaya pengendalian perubahan iklim.
“Sedikitnya 10 juta orang Indonesia lepas dari kemiskinan berkat sawit,” kata Deputi bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Musdalifah Machmud, saat sesi diskusi panel di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP25 UNFCCC di Madrid, Spanyol.
Musdalifah menyatakan, dalam pengelolaan sawit berkelanjutan, pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah langkah nyata. Mulai dari memberlakukan moratorium pembukaan hutan primer dan gambut, hingga moratorium izin baru kebun sawit dan melakukan evaluasi kebun yang ada. Presiden Joko Widodo disebutnya, juga sudah menandatangani Instruksi Presiden No.6/2019, tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan.
Sementara itu, Penasehat Senior Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI), Diah Suradiredja menyatakan, untuk memastikan pengelolaan sawit berkelanjutan ada sejumlah hal yang harus diperkuat. Di antaranya, memperkuat manfaat bagi perlindungan keanekaragaman hayati, kontribusi pada pembangunan daerah.
Dan yang tidak kalah penting adalah, meningkatkan manfaat bagi pekebun rakyat dan masyarakat lokal. Rakyat dipacu untuk teregister dalam ISPO versi baru. Auditor ISPO akan mengkualifikasi kebun yang didaftarkan, untuk pemenuhan standar kelestarian pengelolaan.
Mereka yang dinilai belum memenuhi standar yang ditetapkan tidak akan ditepikan, melainkan akan dibimbing untuk meningkatkan kapasitasnya sehingga berhasil memenuhi standar.“Pekebun rakyat akan dibina sehingga bisa memenuhi standar. Jadi nantinya yang bisa mendapat sertifikat ISPO bukan hanya perkebunan besar atau plasma saja, tapi juga pekebun rakyat,” jelas Diah.