“Dengan menyediakan tempat khusus berjualan noken, supaya kami yang berjualan noken dapat tertata, lebih rapi dan soal harga noken dapat diatur baik, tamu-tamu PON yang datang pasti senang dan bisa memberi kesan yang baik pada para tamu,” kata Maria Mote berharap.
Secara terpisah peneliti senior dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto mengungkapkan bahwa tiap 4 Desember diperingati sebagai hari noken.
“Dimana tanggal 4 Desember diakui noken sebagai warisan Dunia UNESCO. Hari noken menjadi momen yang baik untuk mengingatkan kita semua, untuk selalu bersama-sama melestarikan noken, yaitu dengan mengenakan noken setiap hari. Noken merupakan solusi masalah di Papua,” katanya.
Dengan noken, kata alumnus Universitas Udayana Bali itu, penggunaan kantung plastik akan berkurang. Apalagi dengan membeli noken, kesejahteraan para pengrajin noken akan semakin meningkat.
“Termasuk dengan menanam pohon yang kulit kayunya dijadikan bahan noken, seperti pohon genemo atau melinjo, lingkungan jadi hijau dan bebas dari bencana alam. Yang lebih penting adalah noken itu identitas budaya Papua,” katanya.
“Kalau kita ke luar Papua dan mengenakan noken, orang yang melihat akan langsung teringat Papua,” katanya.
Berkaitan dengan pelaksanaan PON XX pada 2020, kata Hari, museum noken di Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, agar dapat difungsikan sebagai destinasi wisata bagi para peserta PON.
“Mama-mama perajin noken juga dapat merajut di halaman museum sekalian menjual produk karyanya. Jadi setelah melihat-lihat koleksi museum, para pengunjung bisa melihat langsung mama-mama merajut noken,” katanya menyarankan. (Ant)